Surah Al-Faatihah - سورة الفاتحة
Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani
Segala puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang Memelihara dan Mentadbirkan sekalian alam
Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani
Yang Menguasai pemerintahan hari Pembalasan (hari akhirat)
Engkaulah sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah dan kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Iaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat.
AL FATIHAH artinya ialah pembukaan. Surat inipun dinamai patihatul-kitab
, yang berarti pembukaan kitab ,
karena kitab al-Qur'an dimulai atau dibuka dengan surat ini. Dia yang mulai
ditulis di dalam Musyhaf
, dan dia yang mulai dibaca ketika tilawatil Qur'an , meskipun bukan dia surat
yang mula-mula diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Nama Surat al- Fatihah ini memang telah masyhur sejak permulaan
nubuwwat.
Adapun tempat dia diturunkan, pendapat yang lebih kuat ialah yang
menyatakan bahwa surat ini diturunkan di Mekkah. Al-Wahidi menulis di dalam
kitabnya Asbabun-Nuzul
dan
as-Tsa'labi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abu Thalib , dia berkata
bahwa kitab ini diturunkan di Mekkah, dari dalam suatu perbendaharaan di bawah
'Arsy .
Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syaibah di dalam al-Mushannaf dan Abu Nu'aim dan al-Baihaqi
di dalam Dalailun-
Nubuwwah, dan as-Tsa'labi dan al-Wahidi
dari hadits Amer bin Syurahail , bahwa setelah Rasulullah s.a.w mengeluhkan
pengalamannya di dalam gua itu setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah,
lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau ceritakan
kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya suara dari
belakangnya: "Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhamad ! Mendengar suara itu
akupun lari." Maka berkatalah Waraqah: "Jangan engkau berbuat begitu;
tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenanglah engkau, sehingga dapat
engkau dengar apa lanjutan perkataannya itu."
Selanjutnya Rasulullah s.a.w berkata: "Maka datang lagi dia dan
terdengar lagi suara itu: "Ya Muhammad! Katakanlah: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Alhamdulillahi-Rabbil`Alamin,
sehingga
sampai kepada Waladh-Dhaalin".
Demikian
Hadits itu.
Abu Nu'aim di dalam ad-Dalaail
meriwayatkan
pula tentang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dia berkata: "Tatkala
pemuda pemuda Bani Salamah masuk Islam, dan Islam pula anak dari Amer
Jumawwah, berkatalah isteri Amer itu kepadanya:"Sukakah engkau
mendengarkan dari ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan dari padanya?
"Anak itu lalu bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut
lalu dibacanya:"Alhamdulillahi
Rabbil `Alamin" (sampai ke akhir).
Sedang kejadian itu ialah di
Mekkah.
Ibnu al-Anbari pun
meriwayatkan bahwa dia menerirna riwayat dari Ubadah bin as-Shamit bahwa surat
Fatihatul-Kitab ini memang diturunkan di Mekkah. Sungguhpun demikian ada juga
satu riwayat yang diterima oleh perawi-perawinya dari Mujahid , bahwa beliau
ini berpendapat bahwa surat ini diturunkan di Madinah . Tetapi, entah karena
sengaja hendak mengumpulkan di antara dua pendapat, ada pula segolongan yang
menyatakan bahwa Surat diturunkan dua kali, pertama di Mekkah, kemudian
diturunkan sekali lagi di Madinah. Tetapi menjadi lebih kuatlah pendapat
golongan yang terbesar tadi bila kita ingat bahwa sembahyang lima waktu mulai
difardhukan ialah sejak di Mekkah, sedang sembahyang itu dianggap tidak sah
kalau tidak membaca al-Fatihah menurut Hadits:
"Tidaklah
(sah) sembahyang bagi siapa yang tidak membaca Fatihatul Kitab." (Hadits
ini dirawikan oleh al-Jama'ah, daripada Ubadah bin as Shamit).
Dia termasuk satu Surat yang
mula-mula turun. Meskipun Iqra' sebagai lima ayat permulaan dari Surat al-`Alaq yang terlebih dahulu
turun, kemudian itu pangkal surat Ya Ayyuhal Muddatstsir, kemudian itu pangkal surat Ya Ayyuhal Muzzammil, namun turunnya ayat-ayat itu terpotong-potong. Tidak satu Surat lengkap.
Maka al-Fatihah sebagai surat yang terdiri dari tujuh ayat, ialah Surat lengkap
yang mula-mula sekali turun di Mekkah.
Di dalam Surat 15 (al-Hijr),
ayat 87 ada disebut "Tujuh yang diulang-ulang (Sab'an minal matsaani).
Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud ialah Surat al -Fatihah ini juga, sebab
al-Fatihah dengan ketujuh ayatnya inilah yang diulang-ulangi tiap-tiap rakaat
sembahyang, baik yang fardhu ataupun yang sunnat. Oleh sebab itu maka Sab'ul Matsaani , adalah nama Surat ini juga.
Di dalam Surat 3 (Ali-Imran)
ayat 7, ada disebut Ummul Kitab, ibu dari kitab. Menurut Imam Bukhari di dalam
permulaan tafsirnya, yang dinamai Ummul Kitab itu ialah al- Fatihah ini, sebab
dia yang mula ditulis dalam sekalian Mushaf dan dia yang mulai dibaca di dalam
sembahyang. Cuma Ibnu Sirin yang kurang sesuai dengan penamaan demikian. Dia
lebih sesuai jika dinamai Fatihatul Kitab saja. Sebab di dalam Surat 13 (ar-Ra'ad) ayat 39 terang dikatakan bahwa
Ummul Kitab yang
sebenarnya ada di sisi Allah.
Tetapi beberapa Ulama lagi
tidak keberatan menamainya juga Ummul Qur'an, artinya ibu dari seluruh isi
al-Qur'an, karena ada sebuah Hadits yang dirawikan oleh Imam Ahmad dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda : "Dia
adalah ibu al-Qur'an , dan dia adalah Fatihatul kitab dan dia adalah tujuh yang
diulang-ulang.”
Penulis Tafsiral-Kasysyaaf menyebutkan lagi namanya yang lain,
yaitu al Kanz(Perbendaharaan), al- Wafiyah (yang melengkapi), al Hamd
(puji-pujian) dan Surat as-Shalah (sembahyang). Dan menurut riwayat
as-Tsaalabi dari Sufyan bin Uyaynah, surat inipun bernama al- Waqiyah (Pemelihara
dari kesesatan), sebab dia mencukupi Surat-surat yang lain, sedang Surat-surat
yang lain tidak mencukupi kalau belum bertali dengan dia. Tadi dia beri nama Perbendaharaan,
karena menurut riwayat All bin Abu Thalib tadi, dia diturunkan dari
Perbendaharaan di bawah Arsy.
Dia bernama Melengkapi, sebab seluruh Syariat lengkapnya
tersimpul dalamnya. Dia bernama Puji pujian, sebab dipangkali dengan
puji kepada Allah. Dan dia bernama Surat Sembahyang, karena sembahyang
tidak sah kalau dia tidak dibaca.
Bilamana kita kelak telah sampai kapada penafsiran isinya, dapatlah kita
fahami bahwa segala nama itu memang sesuai dengan dia. Apatah lagi pokok ajaran
Islam yang sejati, yang menjadi ibu dari segala pelajaran, yaitu Tauhid, telah
menjadi isi dari ayat-ayatnya itu pertama sampai akhir.
Tidak ada puji, apapun macamnya puji untuk yang lain, hanya untuk Allah
semata-mata. Dan di dalam ayat itu telah tersebut Tuhan sebagai Robbi, atau
Robbun, yang berarti Pemelihara, Pengasuh, Pendidik dan Penyubur. Diikuti oleh
ayat yang menyebut dua nama Alloh, yaitu Ar Rahman, Yang
Maha Pemurah dan Ar Rahim Yang Maha Penyayang, nampaklah betapa
pertalian Khaliq dengan MakhlukNya, yang kelak di dalam al-Qur'an akan
diuraikan berulang-ulang. Kemudian pokok ajaran utama dari al Quran ialah
tentang hari pembalasan, Hari Kiamat, Hari Berbangkit, dari ilal syurga dan neraka;
semuanya ini telah tersimpul dalam ayat "Maliki yaumiddin" yang mempunyai hari pembalasan.
Sebagai kesempatan ibadah kepada Allah, dan tidak ada ibadat buat yang
lain, yaitu isi yang sejati dari Tauhid, maka datanglah ayat: "Iyyaka na'budu wa
iyyaka nasta'in".
Hanya engkau yang kami sembah dan
hanya kepada Engkaulah tempat kami memohon pertolongan.
Untuk mencapai Ridha Allah, maka Tuhan menunjukkan garis jalanNya yang
harus ditempuh, lalu Allah mengutus Rasul-rasulNya membawa Syariat dan memimpin
kepada manusia bagaimana menempuh jalan itu; Isi Al-Qur'an yang ini tersimpul
dalam ayat "Ihdinas Shirothol
Mustaqim".
Kemudian itu al-Qur'an berisi khabar yang menggembirakan bagi orang yang
taat dan patuh, kebahagiaan di dunia dan syurga di akhirat yang di dalam
istilah agama disebut wa'ad, ini telah terkandung di dalam
ayat "Shirotholladzina an `amta
`alaihim", jalan yang telah Engkau beri
nikmat atasnya. Kemudian al-Qur'an pun memberikan ancaman siksa dan azab bagi
orang yang lengah dan lalai, kufur dan durhaka, yang disebut wa'id. Maka tersimpul pulalah kata al-Qur'an ini pada ujung surat tentang orang
yang maghdhub, kena murka Tuhan, dan orang
yang dhoollin, orang yang sesat. Demikian pula
al-Qur'an menceritakan keadaan umat-umat yang telah terdahulu, yang telah
binasa dan hancur karena dimurkai Tuhan, dan diceritakan juga kaum yang sesat
dari jalan yang benar; itupun telah tersimpul di dalam kedua kalimat maghdhubi dan dhoollin
itu.
Menilik yang demikian itu dapatlah kita pahami apa sebab maka al-Fatihah
itu disebut Ummul
Kitab atau Fatihatul-kitab, yang pada pembukaan telah disimpul isi dari
114 Surat yang mengandung 6.236 ayat itu. Kemudian ada pula penafsir
berkata bahwa seluruh al-Qur'an dengan Suratnya yang 114 dan ayatnya yang 6,236
ayat itu, semuanya telah tersimpul dalam Surat al-Fatihah. Dengan peninjauan
tersebut di atas tadi, dapatlah penafsiran demikian itu kita terima. Tetapi di
antara mereka melanjutkan lagi. Dia berkata bahwa Surat al-Fatihah itu telah
tersimpul di dalam Bismillahir-Rohmanir-Rohim;
barangkali
setelah merenungkan agak mendalam tentang Maha MurahNya Tuhan Allah kepada
hambaNya dan kasih sayangNya sehingga diutusNya Rasul, diwahyukanNya Kitab-kitab Suci, disediakanNya Syurga
bagi yang taat dan ampunan bagi yang taubat.
Penafsiran ini masih juga dapat kita terima. Tetapi setengah penafsir
itu melanjutkan lagi. Katanya; BismillahirRohmanirRohim itu tersimpul dalam huruf B (al-Baa) pada permulaan Bismillah ! Dan selanjutnya lagi, ada
mereka yang berkata bahwa huruf Ba pangkal Bismillah itupun tersimpul dalam titik huruf Ba itu. Sampai di huruf Ba dan titiknya itu, penafsir ini tidak mau mengikut lagi. Sebab itu bukan
lagi penafsiran yang berdasar ilmu, tetapi sudah satu khayal!
Apa sebab? Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, dan bahasa
Arab mempunyai 28 huruf, di antaranya hurup kedua, yaitu al-Baa, atau hurup B dalam istilah Latin. Tetapi kalau membacanya secara tunggal
ialah al-Baa (dengan ditekan sedikit ujungnya, sehingga berbunyi ada hamzah).
Maka menurut undang-undang bahasa Arab dan ejaannya , barulah sebuah huruf
berarti apabila dia telah dirangkaikan dengan huruf yang lain atau kalimat yang
lain. Dan yang khusus pada hurup al-Baa
baru dia berarti dengan, setelah
dia diberi baris bawah (kasrah) dan dirangkaikan dengan satu kalimat yang
bersifat isim (nama).
Misalnya bi Muhammadin yang berarti (dengan Muhammad). Billahi
(dengan Allah). Atau Bismillahi. (dengan nama Allah). Cobalah
pikirkan, bagaimana akan dapat diterima apabila dikatakan bahwa seluruh
al-Fatihah terkumpul ke dalam BismillahirRohmanir-Rohim dan Bismillahir-Rohmanir-Rohim
terhimpun seluruhnya kepada hurup al-Baa? Dan lebih tidak dapat
diterima pula kalau dikatakan bahwa huruf al Baa itupun terkumpullah
kepada titiknya yang ada di bawah itu. Yang berarti bahwa seluruh isi al-Qur'
an, yang terdiri dari 114 Surat mengandung 6,236 ayat terhimpun semuanya kepada
satu titik. Bukan sembarang titik, tetapi titik Ba yang di bawah itu. Bagaimana
akan disimpulkan ke sana, padahal baik di zaman Rosulullah s.a.w atau di waktu
Sayidina Abu Bakar as-Shiddiq memerintahkan mengumpulkan al-Qur'an ke dalam
satu Mushhaf, ataupun selanjutnya setelah Usman Bin Affan memerintahkan membuat
Mushaf al-Imam, sebagai Mushhaf yang rasmi sampai sekarang, pada ketiganya itu
huruf al-Baa belum lagi bertitik.
Huruf- huruf al-Qur'an, termasuk huruf al-Baa barulah diberi bertitik di
jaman pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, Khalifah ke 5 Bani Umaiyah, atas
buah pikiran daripada Wali Negeri Irak, al Hajjaj bin Yusuf. Sedangkan
memberinya berbaris fat-hah,
dhammah, kasrah, tanwin dan sukun, terlebih dahulu daripada
memberinya titik. Yang memberikan berbaris itu ialah Abul Aswad ad-Du'ali, atas
perintah Wali Negeri Bashrah, Zayyad. Di zaman khalifah Bani Umaiyah yang
pertama, sahabat Rasulullah s.a.w, Mu'awiyah bin Abu Sufyan.
Oleh sebab itu maka penafsiran seperti demikian bukanlah mempunyai dasar
yang dapat dipertanggungjawabkan menurut al-Qur'an dan Hadits dan dirayah atau
riwayat ahli-ahli tafsir yang mu'tamad. Dia hanya satu khayal yang dapat
pelemak-lemakkan kata, tetapi tidak akan bertemu dari mana sumbernya, kalau
hendak dicari dengan saksama.
WALLAHUA'LAM.
No comments:
Post a Comment